Thursday, January 6, 2011

Kecurangan Travel Haji Plus

Kecurangan Travel Biro : Haji Plus (Jengkel)

“Kita di sana bisa melaksanakan sholat arbain”, kata Ustad pembimbing. Ke teman sebelah kutanyakan:,”Apa sih arbain itu”.

“Itu tuh, sholat 40 kali tanpa putus di Mesjid Nabawi”.

“Harus berjamaah?”

“Ya iya dong, kalau tidak berjamaah nggak sah!”

Jawaban yang sama dengan yang kudapat dari tanah air juga. Junjungan sendiri menyampaikan dalam dua hadits :

“Sholat di Masjidku ini lebih utama (afdol) 1000 kali daripada sholat di tempat lain, kecuali di Mesjidil Haram” (HR Bukhari; Shahih Bukhari, No. 1190).

Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Malik RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa shalat di masjidku sebanyak 40 shalat, tidak terlewatkan satu shalatpun, niscaya dia akan terbebas dari api neraka,selamat dari siksa dan bersih dari kemunafikan”, Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Anas, ia berkata bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang shalat sebanyak 40 hari berjamaah dan mendapatkan takbiratul ikhram (takbir pembuka shalat), dia dinyatakan mendapatkan dua pembebasan yaitu siksa neraka dan kemunafikan”.

Yah, apapun bunyinya. Pokoknya ke sini mau ibadah. Saya tidak terlalu berpikir soal angka-angka hitungan ini. Karena kalau dihitung matematis, tentu saja mendingan di Mesjidil Haram saja, yang 100 ribu kali pahalanya. Lagian pula, sebanyak apapun sholat yang kita lakukan, sesungguhnya yang membuat seorang hamba masuk ke surga, sungguh adalah karena karunia dan kemurahanNya saja. Jadi, mari kita nikmati saja perjalanan ini.

Sampai di Kota Madinah sekitar jam 21 malam. Check point dulu, periksa paspor dan entah apa. Yang jelas, baru 13 jam kemudian kami bisa keluar dari terminal Check point ini. Sangat lama. Tidak efesien, dan kerja yang amburadul. Tapi, diingatkan oleh ustad kami, di sini jangan bicara sembarangan. Boleh jadi karena ada jemaah (termasuk saya) yang bilang… :”kali petugasnya tidur..”. Dan petugas pada bis kami ini praktis baru nongol jam 10 pagi. Ada puluhan bis yang bernasib sama dan boleh jadi pula omong yang sama. Udara begitu dinginnya, sekitar 5-7 derajat, angin berhembus kencang. Ketika keluar bis pagi-pagi sekedar cari udara segar, saya lihat di taman ada orang dengan ditutupi kardus buang hajat. Kasian sekali, dengan fasilitas begitu minim, proses birokrasi yang panjang dan lelet, maka jemaah dari Mekkah dengan perjalanan sekitar 4-5 jam masih ditambah lagi waktu tunggu berbelas jam di terminal dengan fasilitas yang tidak memadai, jelas menjadi ujian tersendiri. “Untung” saya sudah antisipasi untuk tidak banyak makan dan mendorong isi di perut didorong oleh makanan baru. Saya baru berani makan, setelah yakin bahwa bis bisa keluar dari terminal check point dan masuk ke hotel.

Ujian pertama sampai hotel tiba. Ketika dari Indonesia saya memesan satu kamar bertiga (untuk tiga orang), tapi ternyata begitu tiba di hotel, saya dipisah kamar dari isteri dan mertua, dan mendapatkan kamar berbeda dengan teman lainnya dengan 4 kamar. Kamar ini begitu sempit, karena memang layaknya untuk twin saja. Dipaksakan dengan 4 tempat tidur kecil sehingga untuk menaruh koper saja sudah tidak ada. Tidak ada fasilitas pendukung kamar yang disediakan (tisue, handuk, sabun, dll). Sebenarnya hotel ini cukup qualified (bintang 3 atau 4), tetapi tanpa fasilitas, dan pemaksaan seperti ini, benar-benar saya golongkan sebagai Haji Plus Jengkel. Jarak dari hotel ke Mesjid Nabawi, cukup ideal sekitar 50 meteran.

Tentu saja saya memprotes untuk dua hal : 1). dipisahkannya saya dengan isteri dan mertua, serta 2) sejak dari Indonesia pesan satu kamar untuk 3 orang tapi ternyata untuk 4 orang. Saya heran bin heran, kok tega-teganya travel ini bertindak konyol dan sangat tidak profesional. Kenapa harus mencari kesempatan tambahan keuntungan untuk selisih pembayaran sebesar 200 dollar per orang. Bukankah saya membayar lebih 200 dollar per orang untuk mendapatkan satu kamar 3 orang, sedangkan untuk 2 orang bayar lebih mahal 700 dollar.

Bahkan, dalam hitungan saya, waktu di Madinah juga yang diawalnya sempat dikatakan sampai 12 hari, kemudian diralat karena katanya ada haji akbar lalu dipercepat masuk apartement aziziah dengan satu kamar isi 6 orang selama sekitar 5 hari. Yang disebut Hotel Aziziah, nyatanya hanya apartemen dengan fasilitas dua kamar mandi untuk 5 kamar yang terisi 5-6 orang. Perlu diingat, ada peraturan bahwa Haji Plus harus berada pada jarak maksimum 400 meter dari Mesjidil Haram. Aziziyah ini berada kurang lebih 2 km dari Mesjidil Haram. Jadi inipun pelanggaran. Jadi, secara perdata jelas saya punya dan dapat menuntut ganti rugi pada travel biro ini.

Tentu saja saya merasa dizalimi oleh para pelakunya dan travelnya. Ingin rasanya saya sebarluaskan seluas-luasnya travel mana itu ke semua milis, diadukan ke depag dan ke info haji, dan menuntut ganti kerugian moril (dipisahkannya dengan isteri) dan materil (kelebihan bayar). Saya tegaskan bahwa ini penzaliman, tidak profesional ke pengurus travel. Ketika bertemu dengan direktur travel ini pun saya tegasi bahwa saya merasa dizalimi.

Kakak saya yang juga ikut travel yang sama (pesan satu kamar untuk berdua) menghibur saya untuk tidak mengumbar amarah. Ini sedang di tanah suci. Semua adalah ujian. Ujian buat saya, ujian juga buat pemilik travel dan komponen-komponennya. Setiap tindakan yang salah akan mendapatkan akibatnya yang seimbang dengan perbuatannya.

Saya terdiam, meski di kesempatan-kesempatan lain, saya tetap ceritakan kekecewaan saya ke jamaah lain atas tindakan dari travel ini.

Bisnis jasa sangat kuat peranan word of mouth -nya. Dari mulut ke mulut berita akan tersebar. Tidak ada kata maaf dari direkturnya, biar sepatahkatapun. Namun, menjelang pulang, salah seorang dari pengurusnya mengucapkan maaf dan bila masih ada masalah biar diselesaikan di tanah air saja. Agak sedikit terhibur.

Namun, pada dasarnya saya melihat dua hal pokok :

* Ada pengkondisian untuk proses ibadah dibutuhkan sikap sabar, ikhlas dan berkorban.
* Kondisi ini dimanfaatkan oleh oknum-oknum untuk meraih keuntungan dengan beragam cara.

Bahkan sangat boleh jadi, Pemerintah Indonesia pun melalui Biro Haji Depag melakukan cara-cara yang sama. Mudahnya, bandingkan saja biaya haji Malaysia yang Rp 25 juta dan biaya haji Indonesia yang 27 Juta. Apa yang diperoleh oleh jamaah dari Malaysia dan Indonesia?. Boleh jadi pula, kejadian kelaparannya puluhan ribu jamaah haji Indonesia di Arafah dan Mina adalah produk dari kezaliman terencana. Untuk menghemat 50 real?, begitu salah satu alasan yang muncul di koran?. Hah, 50 real?, lalu memilih katering yang tanpa pengalaman!?. Emang selisihnya mau diapakan?. Berapa sih, sebenarnya biaya yang wajar untuk naik haji dari Indonesia?. Emangnya para petugas haji itu tidak mengerti ilmu manajemen, tidak tahu bagaimana cara mengambil keputusan, tidak tahu cara menguji. Saya masih ingat sekali ketika tetangga kami, seorang dokter yang pernah menjadi petugas haji bilang :”Pak, sebenarnya, menurut saya lho : Pemerintah kita ini sangat menzalimi jemaah Indonesia”.

“Oh ya!”.

“Misalnya?”.

“Misalnya soal pemondokan”. Lalu beliau bercerita seperti cucuran air hujan lebat tumpah dari langit. Bla… bla… bla….

Ok yang ini, saya akan bahas di kesempatan lain.

Atas hal ini, memang murni kebodohan saya memilih travel. Saya percaya saja sama tulisan di Harian Republika tentang travel ini dan iklan bertubi-tubi di Media Indonesia. Seharusnya, saya melakukan check n richek kepada beberapa peserta dari tahun-tahun sebelumnya. Memuaskankah pelayanannya atau hanya sekedar cari uang tanpa mempertimbangkan kenyamanan pesertanya.

Dalam kriteria yang saya pikirkan dan harapkan, ini bukan untuk kita terima secara pasrah sebagai ujian dari Allah, tetapi adalah juga kewajiban peserta untuk mengingatkan travel kacangan ini untuk tidak menzalimi peserta. Komitmen dalam bisnis adalah good value for money. Hampir 700-800 ribu per hari membayar lebih selama perjalanan haji, dan 15 hari di antaranya di hotel atau jika dihitung terhadap biaya hotelnya, di atas Rp 1,5 juta per hari maka yang didapat sangat jauh dari standar.

Oh ya, sebagai perbandingan saya pernah ikut tour Jepang – Eropa Barat (sekitar 8 negara) dengan biaya 2800 dollar per orang selama 17 hari atau rata-rata Rp 1,5 – Rp 1,7 Jt per hari dan mendapatkan fasilitas kamar hotel untuk berdua standar bintang 4, tempat wisata gratis, makan 3 kali sehari (makan pagi di hotel dan dua kali makan di restoran) dan tour leader yang sangat profesional.

Bahkan untuk urusan pembimbingan haji pun, group kami ini dititipkan pada group yang diistilahkan konsorsium, sedang ustad yang dijanjikan tidak ikut dalam group kami (hanya di Arafah saja), tapi ikut group berbeda yang membayar sedikit lebih mahal. Untungnya, kami nilai pembimbing baru ini cukup piawai, ramah, bertanggung jawab. Singkat kata cukup profesionallah. Hanya kekurangan- kekurangan kecil saja ada, namun secara total, saya acungi jempol untuknya. Staf lainnya di Arab Saudi dari travel ini (sesuai jaket yang dipakainya), juga cukup bertanggung jawab. Setidaknya, hal ini cukup menghibur, meski kualitas profesionalnya masih membutuhkan pelatihan ekstra lagi.

Sekali lagi, saya sedang dalam prosesi haji. Jadi, tidak selayaknya mengumbar amarah (juga tentu setelahnya). Jadi, saya terimalah hal ini sebagai ujian. Di balik sesuatu tentu ada sesuatu. Ada hikmah dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya. Semoga ini adalah bagian dari pengampunanNya.

Saya masih ingat, dalam bis perjalanan pulang dari Mekkah ke Jeddah, salah satu pembimbing kami meminta untuk saling memaafkan, tidak menceritakan keburukan yang terjadi, dst.

Yah, saya maklumi. Memang tidak, saya tidak jelaskan apa nama travelnya di sini. Namun, tentu tersirat harapan agar semua pengusaha travel untuk haji Indonesia dapat meningkatkan kualitasnya, jangan serakah untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dari kepasrahan jemaah dalam proses menjalankan ibadahnya. Tingkatkanlah kualitas dan kejujuran sdm dalam bekerja dan berusaha. Keterampilan manajerial yang lebih memadai, disiplin, perencanaan yang lebih matang, perhatian yang seimbang dan tulus. Travel biro yang sukses dan penuh komitmen akan dirubung oleh calon jemaah setiap tahunnya, sedangkan yang tidak bermutu, pada akhirnya memang harus disingkirkan dari percaturan.

Juga, tentunya untuk jemaah calon dan yang telah menjalankan haji. Seharusnyalah bersuara keras, lantang agar calon-calon jemaah berikutnya bukan menjadi kelinci di tengah macan-macan serakah dan korup. Ini juga bagian dari ibadah.

Ditulis oleh agorsiloku di/pada Januari 9, 2007

No comments:

Post a Comment


Office: Gedung Twink Jl Kap Tendean 82 Jakarta Selatan Tel 021- 70620092 / 021-7372864 / 021-73888872 Mobile: 0812-98-570855 / 0815-84-350733

Labels

Kisah Dan Cerita Perjalanan Haji

Info Haji